Rabu, 08 Juni 2011

Jika Saya Akhwat Sejati


Aku tercipta alasannya Allah...
Aku terlahir alasannya Allah...
Seluruh nafas hidup matiku...
Semua hanya milik Allah...

 Seperti juga isi hatiku...
 Telah kuserahkan untuk dirimu...
 Cinta dan rinduku kepadamu...
 Semua alasannya Allah...

Aku sungguh cinta kepadamu...
Rindu juga hanya untukmu...
Semua ini bukan kebetulan...
Semua alasannya Allah...
 Jika saya seorang akhwat yang menyampaikan cinta padamu alasannya Allah namun tanpa aib mendek Jika Aku Akhwat Sejati
Wahai ikhwan yang dirahmati Allah...
Jika saya seorang akhwat yang menyampaikan cinta padamu alasannya Allah namun tanpa aib mendekatimu.
Apa kamu tidak merasa takut terjerat padaku?

Jika saya seorang akhwat yang menyampaikan saya cinta padamu alasannya Allah namun tanpa aib dengan genit menggodamu.
Apa kamu tidak merasa risih pada kegenitanku?

Jika saya seorang akhwat yang menyampaikan saya cinta padamu alasannya Allah namun tanpa segan merayumu. Apakah kamu terbuai oleh bujuk rayuku?

Jika saya seorang akhwat yang menyampaikan saya cinta padamu alasannya Allah, namun tak bisa menjaga izzah ketika berdekatan denganmu.
Apakah kamu tak bisa menolakku dengan perisai malumu?

Jika saya seorang akhwat yang menyampaikan saya cinta padamu alasannya Allah, namun tanpa merasa berdosa berani menyentuhmu.
Apakah kamu tidak takut Allah marah padamu?

Masihkah kamu percaya pada ucapanku? Tak curigakah kamu padaku? Tak inginkah kamu menjauhiku?
Atau alasannya kamu telah terjebak kedalam jurang cinta nafsu, sehingga kamu tak bisa menolakku meski kamu tahu semua ucapanku "Mencintaimu Karena Allah" ialah palsu.

Ketahuilah Akhi...
Jika saya seorang akhwat sejati yang mencintaimu alasannya Allah, saya tidak akan berani menyentuhmu, bahkan hatimu sekalipun. Karena saya aib pada Allah bila bayanganku mengacaukan kekhusukkan ibadahmu.

Jika saya seorang akhwat sejati yang mencintaimu alasannya Allah, saya tidak akan pernah berani merayumu, menggodamu, bahkan dengan bebas tanpa batas berinteraksi denganmu. Karena kamu belumlah halal bagiku.

Aku aib bila harus membuatmu lebih banyak mengingatku daripada mengingat-Nya. Aku aib bila harus menjadi seseorang yang membuat-Nya cemburu padamu alasannya kamu rela melanggar larangan-Nya alasannya cintamu kepadaku.

Jika saya seorang akhwat sejati yang mencintaimu alasannya Allah, saya tidak akan khawatir tidak sanggup memilikimu. Karena tak mengungkapkan cintaku padamu kini meski dikala ini saya begitu mengagumimu dan menginginkanmu menjadi pangeranku.

Karena saya yakin bila engkau memang ditakdirkan untukku, engkau niscaya akan menjadi milikku meski saya tak mengikatmu. Bukankah bila Allah tidak mentakdirkan kita bersama di ikatpun niscaya akan terlepas juga akhirnya? Kaprikornus untuk apa saya risau?

Akhi...sadarlah, bila saya seorang akhwat yang mencintaimu alasannya Allah, saya hanya akan berani merayumu, menggodamu, dan bermanja denganmu sehabis engkau halal bagiku. Benarkah begitu wahai sahabatku kaum muslimin? Sahabatku akhi...

Wahai kaum akhwat sejati, janganlah sesekali menyampaikan saya mencintaimu alasannya Allah apabila nafsu masih mendonasimu. Dan untukmu wahai ikhwan sejati, lekas halalkan sang akhwat bila memang engkau juga mencintainya alasannya Allah. Halalkan dengan balutan cinta yang suci.

Wahai ikhwan yang dirahmati Allah...
Seperti yang engkau ketahui.

Akhwat sejati bukan dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari banyaknya ikhwan yang mencoba ber-ta’aruf dengannya, tetapi dari komitmennya untuk menyampaikan bahwa bahwasanya “Tidak ada kata CINTA” sebelum menikah.

Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya ia melaksanakan kebaikan, tetapi dari keikhlasannya memperlihatkan kebaikan itu.

Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan.

Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbicara tetapi dari bagaimana caranya berbicara.

Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang dijalan, tetapi dari kekhawatiran dirinya yang menciptakan orang tergoda.

Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dari sejauh mana beliau menjaga kehormatannya dalam bergaul.

Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa banyak dan besar ujian yang dijalani, tetapi dari sejauh mana beliau menghadapi ujian dengan kesabaran dan penuh rasa syukur.

Aku menulis ini hanya ingin menasehati diriku dan menyadarkan kita semua untuk tetap berusaha menjadi sholehah meski zaman telah berubah.
Ya Allah, Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agamaMu.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar